Data center

Ketersediaan Tenaga Ahli Jadi Kendala Pengembangan Usaha Data Center di Indonesia

Tersedianya SDM yang ahli jadi rintangan paling berat dalam peningkatan bisnis pusat data di Indonesia. Pemerintahan disuruh untuk konsentrasi meningkatkan sumber daya manusia dibanding membuat pusat data nasional.

Ketua Umum Asosiasi Data Center Indonesia (IDPRO) Ade Hendra Suryakusuma menjelaskan rintangan paling besar dalam pembangunan dan pengendalian data center ialah pada SDM.

Menurut dia, nyaris 73 % downtime operasional pusat data disebabkan karena individual yang kurang mahir dalam menjalankan pusat data. Walau sebenarnya, untuk perusahaan pusat data, masalah atau pemadaman service – meskipun cuman sesaat – sebagai rugi besar untuk jalannya usaha.

“Kami di industri pun merasa kekurangan SDM yang mumpuni,” kata Hendra dalam diskusi virtual, Selasa (29/6/2021).

Diinformasikan, dalam membangun pangkalan data, sebuah perusahaan akan merujuk pada standar TIA-942, yaitu sebuah petunjuk membangun pangkalan data berbasis performa yang dikehendaki oleh proses bisnis.

TIA-942 membagi menjadi empat kriteria tier yaitu tier I yang meliputi 1 jalur energi dan distribusi pendingin dengan tingkat ketersediaan layanan 99,671 persen. Kemudian tier II, perangkat yang ada di tier I ditambahkan  jaringan cadangan sehingga tingkat ketersediaan jaringan menjadi 99,741 persen.

Setelah itu tier III terdiri dari beberapa jalur energi dan satu mesin pendingin aktif beserta sistem cadangannya, dengan tingkat ketersediaan layanan 99,982 persen. Terakhir, tier IV dengan beberapa jalur energi, sistem pendingin, sistem cadangan dan komitmen sistem berjalan tanpa berhenti meski ada kerusakan. Pada tier IV ini tingkat ketersediaan layanan adalah 99,999 persen.

Hendra mengatakan untuk mengatasi keterbatasan SDM tersebut, IDPRO bekerjasama dengan Universitas Indonesia pada fakultas teknik elektro, berupaya menghadirkani kurikulum khusus data center.  Hendra berpendapat permasalahan mengenai SDM seharusnya juga menjadi tanggung jawab Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).

Ia memandang Kemenkominfo tidak berhasil jalankan perannya membuat SDM yang ahli untuk memberikan dukungan perubahan digital nasional. Dia memandang Kemenkominfo cuman konsentrasi pada pembangunan infrastruktur yang sebetulnya sebagai ranah aktor usaha di industri.

Sumber: Bisnis.com